Itu adalah salah satu petikan lagu "All or Nothing" yang muncul di HSM 2....
Seringkali saya dihadapkan pada rasa bodoh yang sebenarnya tidak begitu perlu.
Wah, semester ini saya tampaknya semakin longor saja...
Beberapa teman saya suka bilang: "Badan aja digedein, tampang longor."
Huhuahuahua saya hanya tertawa saja...
Wah, saya ini adalah orang paling bunglon yang pernah saya temui.. Mengapa?
Zaman bebatuan dulu saya diagung-agungkan gak penting sama beberapa teman yang bilang bahwa saya ini pintar sekali (HAH? Kagak salah bu?, Pak?)
Mungkin karena saya mlebu jurusan bertitel IPS di mana IPS=kebodohan sepanjang masa yang kurang dapat ditolerir...
Oh, ya sebagai catatan saya masuk IPS itu MILIH, bukan karena NILAI saya GAK CUKUP... Kenapa milih? Karena jelas bahwa IPS jauh lebih menenangkan. Bukan berarti saya tak becus matematika. Justru saya tahu beberapa orang yang mat nya lebih parah daripada saya pun masuk IPA....Nah, IPA di sekolah St.Louis 1 dulu merupakan kesuraman tiada tara di mana guru-gurunya seram, nggarai ngelu berlebihan dan tekanan batin. Lagian saya tidak mau waste masa SMA saya jika saya tahu memang tidak akan kuliah yang berbau IPA (di mana saya akhirnya menyesali karena saya sekarang ingin jadi dokter)...
Kembali ke topik, saya sendiri sering merasa bunglon di beberapa hal. Pada awal masuk, saya yang dipamerin oleh orang lain(bukan saya sendiri maksudnya) sebagai juara satu UAN IPS seluruh Surabaya, mulai diragukan banyak orang. BANYAK lho ya! Beberapa bilang bahwa saya ini "HOGI cak!". Dijak ngomong ini gak ngerti, disuru presentasi gak iso, pengetahuan nol putul.. Ngene juara siji, ada yang terang-terangan loh! Saya sih biasa saja dan akhirnya ya iya-iya saja dikira hogi. Padahal kalau dipikir-pikir saya juga usaha lho, abot pak! Selain memang keberuntungan itu juga ada...
Nah, dalam hidup perkuliahan preketek ini, saya sering menjadi dilema. BODOH atau PINTAR? Seringkali saya pun direken goblik, sekaligus pernah juga menjadi andalan walaupun ujung-ujunge diprotes gak becus... Huahuhaua... Tapi sekarang saya sedikit sadar bahwa perasaan menjadi bisa dan gak bisa itu tergantung bagaimana saya menempatkan diri...
Wah jika mengingat kebodohan, tak hanya di kampus saya melakukan hal itu. Di les-lesan inggris...wuihhhh di lembaga terkenal seluruh dunia, saya MENJADI nomer satu (uanehhhh cak temenan! ayo yok mari muntah!), di lembaga terpercaya dari Australia, saya menjadi bukan siapa-siapa.. Ya iyalah, wong saya gak pinter bahasa inggris kok tiba-tiba juara siji? Gila mas?
Makanya, saya sadar standar di segala bidang juga mesti diperbaiki. Jika saya puas pada satu titik dan tak mau bergerak, ya mana bisa? Nah, mengenai standar pula, di satu sisi, standar saya itu kebangetan rendahnya... Di sisi laen, standar saya kebangetan tingginya. Itu menurut beberapa orang ya tampaknya. Merasa aneh? Yah inilah urip... Tapi yah yang penting saya ini berusaha benar. Walaupun semester ini saya tidak berusaha dengan benar...
-----------------------------------------------------------------------------------------
Sejak SD saya sudah ingin sekolah di luar negeri... Nah ketika kecil hingga SMA 3, saya berpikir bahwa saya pasti ke luar negeri untuk kuliah. Papa saya lulusan UCLA dan paling anti dengan anak yang tidak bisa menjadi harapan orang tua karena prestasi kroco....
Jika saya cuma ranking 10 di SD, papa saya pasti sebal karena saya tidak ranking 1 saja...
Ketika saya tidak diterima di IBM karena saya kurang banter bacotannya, papa dan mama saya sedikit sedih...
Ketika saya segede ini masih les inggris, papa mama saya hanya geleng-geleng kok saya ini gak bisa2 yaa... Mama saya sastra inggris soalnya. Nah, sekedar informasi saya sudah les inggris ket jaman baheula alias SD a.k.a. Sekolah Dodol.. Ketika SD saya gak bisa sama sekali bahasa inggris sehingga saya disuruh turun kelas tiga level, jadi bukan sekedar tinggal kelas... Cukup memalukan...
Ketika saya ranking 1, papa saya biasa saja...
Ketika saya IP nya 3,6.. papa saya tanya siapa yang dapet 4. Teman saya kok bisa dapet 3,8?
Maka saya terbiasa dengan standar yang cukup tinggi sehingga membebani pikiran saya selalu dan selalu... Wah tapi senang lho punya standar yang tinggi, ini memacu kerja saya! Saya sekarang cukup lumayan sedang merasa senang dengan keunggulan saya yang ingin sembarang itu hasilnya memuaskan!
Update terbaru saya belum cerita ke papa ada temen SD yang masuk ke Princeton. Wah kalau begitu jangan-jangan saya disuruh ke Harvard. Untuk syuting di situ aja gak bisa, apalagi mau sekolah sana.. Emang Obama?
Papa saya mengingatkan untuk tidak usah minder hanya karena bersekolah di dalam negeri. Sebab kualitas belum tentu bisa dibandingkan dengan semua yang sekolah di luar.
"Kalo kamu sekolah luar ya yang apik, cik! Ojok universitas kroco seng mutune yo jek apikan Petra. Cek en dulu.. Kamu ini sembarang barang ga ngerti cik cik." Huahahah....
"God love your soul and your aching bones.."
11:13 PM
11:13 PM
I am Me, with all my courage, ego, hope, and my own dream, together with all my life, heart, my mind, and fate.. Somehow, I'm surviving, which humanize me.. Because of all the trying and struggling, sometimes I fall and some days God lift me up... 
